poster by Afina23
Author : ICHAmpion alias Icha Sie Rizqa
Genre : Sad, Romance (?)
Cast : Seo Joo Hyun (GG) sbg Noh Ri Ah, Byun Baekhyun (EXO), Hwang Zi Tao (EXO), Kwon Yuri (GG).
Akan ada penambahan Cast seiring waktu ...
Maaf klo ada kata-kata yang salah...
sekali lagi RCL yaa ^^
Genre : Sad, Romance (?)
Cast : Seo Joo Hyun (GG) sbg Noh Ri Ah, Byun Baekhyun (EXO), Hwang Zi Tao (EXO), Kwon Yuri (GG).
Akan ada penambahan Cast seiring waktu ...
Maaf klo ada kata-kata yang salah...
sekali lagi RCL yaa ^^
(: HAPPY READING :)
“Ok,
semuanya .. sekarang pakai headphone kalian masing-masing” perintah Mrs Jung
pada kami semua, ya aku mengikutinya.
“Ri
Ah, apa kita akan mendengarkan musik?” Tanya seseorang yang berada di samping
kiriku, Tao, ya itu Tao si namja bodoh alias Tao Isi.
“Entahlah.
Dengarkan saja apa yang akan di suruh Mrs Jung” ucapku tidak menatapnya, hanya
melihat ke arah Mrs Jung.
“Ah
ne .. ne!”
“Ok
Everyone, you can hear my voice?” ucap Mrs Jung terdengar di headphone
“ne..”
jawab semua siswa
“Right!
Now, I’ll give you a song .. and .. listen well” setelah mengatakan itu Mrs
Jung kemudian memutarkan sebuah lagu
“You
must translate this song..” lanjutnya, aku paling malas kalau di suruh
mentranslate seperti ini “.. but you can do this job with your friend .. 4
people one group” Mrs Kwon menghentikan bicaranya lalu ia kembali memutarkan
lagu itu yang sempat ia hentikan karena sedang memberitahukan tugas kami.
“Kalau
begitu kita sekelompok saja! Kan pas berempat”seru Yuri menunjukkan telunjuknya
padaku, Baekhyun dan .. Tao Isi. Kenapa sih Yuri pengen banget satu kelompok sama
si namja bodoh ini.
“Baiklah,
ayo kita kerjakan” ucap yuri tanpa ada persetujuan dari kami
~oOo~
“Baekhyun,
Ri Ah aku pulang duluan yaa, bye!” ucap Yuri padaku dan Baekhyun
Ya,
pelajaran baru saja selesai. Dan ini waktunya pulang setelah penambahan jam
pelajaran.
“Ri
Ah, mian hari ini aku tidak bisa mengantarmu, aku ada urusan lain. Mianhae”
ucap baekhyun seraya membelai rambutku.
“Ania.
Tak apa baekhyun, aku juga tak ingin merepotkanmu” aku tersenyum menatapnya
“Baiklah
kalau begitu, bye!” ucap baekhyun melambaikan tangan
“Bye!”
balasku
Aku
kembali membereskan barang-barangku
“Ri
Ah, ayo pulang!” ucap seorang namja yang suaranya sangat familiar di telingaku
“Ah!
Tak usah, aku bisa pulang sendiri” balasku padanya
“Ayolah”
ucapnya lagi
“Tak
usah, Ri Ah bisa pulang sendiri. Naik bus juga bisa” elakku
“Ri
Ah, apa kau lupa? Jika hari sudah sore seperti ini, kau akan susah mendapatkan
bus. Walaupun kau mendapatkannya belum tentu bus itu bisa menampung orang, jika
kini semua orang tengah sibuk untuk pulang setelah pekerjaan mereka telah
selesai” jelasnya lembut
Setelah
ku pikir-pikir lagi, ini memang waktu yang sulit untuk pulang karena semua
orang tengah sibuk untuk pulang setelah pekerjaan mereka selesai. Aku
mengangguk menandakan aku menyetujui ajakannya.
“Baiklah,
ayo kita pulang” ucap namja ini dan mengecup puncak kepalaku sambil membelai
rambutku
“Ne,
oppa” aku tersenyum dan langsung menggandeng tasku. Dia menggandeng tanganku
yang satunya dan kami mulai melangkah keluar kelas.
“ayo
pakai helm ini” ucanya
“ah,
oppa membawanya dari tadi pagi?” bicaraku sambil memasang helm ini.
“Haha,
ne.. karena aku tahu kau tadi pasti terlambatkan?” tebaknya seraya tersenyum
padaku
“emmmh
... oppa baik sekali” ucapku sambil mencubit-cubit pipinya
“Ah,
cepat naik. Berpegangan yaa” ucapnya sambil memberikan wink
“Ne..
ne..” aku tersenyum, aku menaiki motor dan memeluknya.
Aku
mendapati Tao di mobilnya sambil menatapku dengan tatapan dingin. Aih, kenapa
dia? Uh, mengerikan. Aku bergidik ngeri melihatnya.
“Waeyo?”
ucap namja di depanku ini, mungkin ia merasakan motornya bergoyang gara-gara
tubuhku bergidik tadi.
“Ah,
tak ada apa-apa, ayo oppa pulang” ucapku mempererat peganganku, dia kemudian
melajukan kendaraannya.
~oOo~
“Oppa
mau masuk dulu?” tawarku pada namja tadi
“Ah,
tidak. Aku sudah terlambat untuk bekerja”
“Ah..
mianhae gara-gara oppa mengantarku, oppa jadi terlambat untuk bekerja sambilan”
ucapku menunduk
“Tak
apa, jaga dirimu baik-baik” dia tersenyum lembut “Adikmu, SooYoo. Dia di rumah
sakit” lanjutnya
“Ne
... aku akan ke Rumah Sakit setelah berganti baju dan membersihkan rumah” dia
hanya tersenyum dan pergi menuju tempatnya bekerja.
Huuuh!
Aku menghela nafas dan memasuki rumahku.
~oOo~
“Annyeong!”
aku memasuki salah satu ruang Rumah Sakit
“Annyeong,
eonni~!” ucap seorang yeoja memelukku
Dia
terisak, ya aku tahu dia pasti habis menangis.
“Yak,
kenapa kau menangis? Kau tidak sekolah tadi?” tanyaku setelah melihat
pakaiannya yang tidak berganti sehelai pun dari tubuhnya. Dia diam.
“Apa
kau terus menangis dari tadi malam sampai sekarang?” Tanyaku pada yeoja ini
yang masih dalam pelukanku
Dia
tidak menjawab malah semakin menangis.
“SooYoo,
berhentilah menangis” aku membelai rambutnya. “Lihat matamu sudah berkantung”
aku melepaskan pelukan dan menatap wajahnya.
Dia
masih saja menangis dan tidak menghiraukanku.
“SooYoo.
Berhentilah”
Dia
tetap menangis.
“SooYoo.
Berhentilah menangis! Jika kau hanya menangis tak akan membawa perubahan
SooYoo!” aku mengguncang-guncangkan bahunya, sedikit kesal karena dia tidak mau
menjawab pertanyaanku.
“Eomma,
eonni ! eomma!” ucapnya bergetar sambil terisak.
“Ne!
Aku tahu eomma belum juga sadar! Aku tahu! Tapi jika kau hanya menangis itu
tidak akan membuahkan hasil! Sebaiknya kau pergi pulang dan bersihkan dirimu!”
aku kesal lalu sedikit berteriak mengatakannya
“Eonni!
Apa kau tidak sayang dengan eomma?! Kau tidak menangis! Begitu juga saat appa
meninggal! Kau juga tidak menangis! Kau jahat eonni! Kau jahat!” teriaknya
“Haruskah
aku menangis jika aku menyanyangi mereka! Hah! Kau terlalu kekanak-kanakan!
Berhentilah menangis!” ucapku berteriak
“Tidak!
Aku tidak akan berhenti menangis!” ucapnya dan kembali menangis
“Aish!
Jinjja! Kau itu sudah kelas 1 SMA!! Ku bilang berhentilah menangis!” aku
berteriak lagi
“Aku
tidak mau berhenti menangis! Sebaiknya eonni saja yang pergi pulang!” dia
bicara tak menatapku
Hatiku
sakit, dia mengusirku. Ya, adikku SooYoo mengusirku dari ruang Rumah Sakit ini.
Dan sudah kuputuskan bahwa aku akan pergi dari ruangan ini, sebenarnya aku
tidak tega mengatakan kata-kata tadi yang membuat adikku semakin menangis dan
aku juga tidak tega melihat ibu yang sedang koma karena terlalu lelah bekerja
untuk kami setelah kepergian ayah kami kira-kira sebulan yang lalu.
“Geurae,
aku akan pergi..” ucapku lalu meninggalkan ruangan ini “Oh ya.. jika oppa
mencariku. Emmhh .. bilang saja jika aku bersama Yuri ..” pesanku dari balik
pintu Ruang Rumah Sakit pada SooYoo.
Aku
melangkah gontai melewati setiap ruangan dan berakhir di depan pintu utama
Rumah Sakit. Aku tidak tahu mau kemana sekarang. Aku ingin menelpon Yuri atau
Baekhyun tapi aku tidak memiliki handphone. Handphoneku telah lama dijual untuk
membiayai kebutuhan kami sehari-hari. Ya, setelah ayah meninggal perusahaan
kami bangkrut, ayah tidak pernah berhutang pada siapapun. Jadi untung saja kami
tidak memiliki hutang, namun tidak memiliki hutang pun hidup kami sudah menderita
seperti ini apalagi jika memiliki hutang, pasti kami sudah jadi gembel.
Aku
terus berjalan melewati beberapa toko dan berakhir di sebuah taman. Kulihat tak
ada seorang pun disini karena ini sudah jam 11 malam. Huh! Berapa jam aku tadi
berjalan seperti ini? Entahlah.
Aku
kembali menarik nafasku panjang.
“Tak
ada kah orang disini? ..” ucapku entah dengan siapa
“Tak
ada kah orang sepertiku? Seegois diriku? Semenderita diriku? Sesakit hatiku?”
teriakku, aku menangis dalam hembusan angin.
“Aaarrggggghhh!!”
teriakku di sela-sela ku menghapus air mata dan ku baringkan tubuh ini di atas
bangku taman dengan kaki kutekuk.
Air
mataku terus keluar entah megapa? Dengan perasaan hatiku yang sakit, kuhapus
air mata ini kasar dan mulai menutup mataku. Sedikit demi sedikit hatiku mulai
tenang dan merasakan hembusan angin yang menerbangkan rambutku. Kini ku telah
berada di alam mimpi dengan tubuhku yang berselimutkan hembusan angin yang
dingin.
~oOo~
Entah
aku sedang berada di mana sekarang, tempat yang tak kukenal. Ku membalikkan
badan, dan mendapati sebuah tempat. Dan tak ada orang di sini. Aku
mengira-ngira tempat ini, dan ini adalah taman.
Aku
berada di taman sekarang, ya sebuah taman. Tapi sepertinya jika kalian melihat
keadaan ini, mungkin tempat ini tidak bisa dideskripsikan sebagai sebuah taman.
Dengan pohon dan tanaman-tanaman yang kering serta bunga-bunga yang layu
menbuat tempat ini terlihat seperti sebuah tempat yang tak seorang pun peduli
dengannya. Tak seorang pun. Ya sama seperti keadaanku sekarang, tak ada seorang
pun yang peduli padaku. Walaupun di sekolah aku masih memiliki Baekhyun dan
Chaerin, tapi kurasa mereka tak cukup untuk melengkapi kebahagiaanku. Mereka
hanya teman, sahabat ya mereka hanya sahabat. Cuaca sekarang mendung,
melengkapi penderitaanku kini. Seolah menggambarkan sangat jelas mereka tahu
bagaimana perasaanku.
Hujan
lebat melanda taman yang sedang kupijak ini. Ku pikir hujan ini akan membuat
sebuah penderitaan lagi padaku dan taman ini. Aku tetap berpijak di taman ini
tak ingin pergi menjauh dari sini.
“Hai
nona!” terdengar seseorang yang berbicara, ku berbalik badan dan mendapati
seorang namja dengan tubuh yang tinggi memakai pakaian putih, kulitnya terlihat
coklat namun bersinar. Aku tak dapat melihat wajahnya dengan pasti, wajahnya
begitu buram. Mungkin karena efek cahaya itu.
“apa
yang kau lakukan disini, nona?” ucapnya sembari menadahkan payung ke atas
kepalaku.
“aku..
aku..” ucapku gugup dan aku tidak tahu apa yang harus ku jawab “entahlah”
lanjutku dengan menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
“hehe..
kau lucu sekali” ucap namja itu terkekeh
“Yak!
Aku memang tidak tahu apa yang kulakukan disini” protesku melihatnya terkekeh.
Apakah itu lucu? Akukan berkata jujur.
“Kenapa
tidak tahu? Dan mengapa kau berada di tempat yang tak kau tahu?” aku menggeleng
“Disini
hujan, ayo ikut aku” tawarnya dan menarik tanganku untuk mengikutinya, aku
tidak bergerak sedikit pun
“ya,
di sini memang hujan, di taman ini. Di sini juga” ucapku dengan lirih pada
kalimat terakhir sambil meletakkan tanganku di dada
“Kenapa?”
“Ya,
aku benci hujan!”
“Kenapa
kau membencinya?” tanyanya yang membuatku memutar memori lagi pada saat itu.
Membuatku perlahan-lahan menangis.
“Ayahku,
hiks hiks hiks.. ayahku meninggal gara-gara kecelakaan di hujan lebat. Hiks
hiks dia menabrak pohon dan meninggal hiks hiks..” ucapku sambil menangis
“Hujan
memang benar-benar rahmat dari Tuhan. Ya, Tuhan tidak ingin melihat pohon,
tanaman dan bunga ini layu, karena itu Tuhan mengirimkan hujan pada mereka agar
tetap bisa hidup dan tumbuh.” Kata namja ini
“maksudmu
apa?
~oOo~
Terasa
di wajahku ada sesuatu yang jatuh, aku ingin membuka mataku tapi sesuatu yang
jatuh itu tidak terasa lagi. Namun aku tetap membuka mataku mendapati sebuah
jaket yang terbuka sepertinya seseorang telah melindungiku dari hujan yang
turun. Aku mengusapkan tanganku membersihkan wajahku dari air hujan yang jatuh
ke pipi dan sekitar mataku.
Mulai
mengerjap-ngerjapkannya beberapa kali sampai ku rasa itu sudah cukup. Aku
kemudian duduk dari tempatku tidur tadi dan rasa ingin tahuku pada seseorang
yang tengah memayungiku dengan jaketnya yang seolah menjadi payung.
Aku
menghadapnya dan melihat siapa untuk mengucapkan rasa terimakasihku padanya
karena sudah memayungiku tadi.
“Go..(gomawo-terima
kasih) Kau!!” teriakku yang shock
“Kenapa?”
ucapnya sinis
“Aniya!(tidak)”
aku memalingkan wajahku tak ingin menghadapnya
“Yak!
Cepat lanjutkan kata ‘gomawo’ mu tadi” dia menekankan kata gomawo padaku
“Ani!(tidak)”
“Kau
tak tahu terimakasih!”
“maksudmu
apa!”
“Tak
apa. Sekarang aku sedang tidak ingin berdebat denganmu” ucapnya lalu memegang
satu tanganku.
“Mau
apa kau!” aku melepaskan genggamannya
“Kau
ingin terus duduk di sini? Di hujan lebat ini?”
“Ani..”
ucapku sudah tenang, kukira dia ingin mengapa-apakan aku. Haha ..
“Kita lari ke halte bus yang di sana” ucapnya
sambil menunjuk. Aku mengangguk.
Jaket
yang ia payungkan kepadaku saat tidur masih ia payungkan di atas kepalaku.
“Ok,
ku hitung sampai tiga, kita langsung lari. Siap!” dia menatapku kemudian mulai
menghitung
“1..2..3!”
aku dan dia berlari sekencang-kencangnya ke halte bus terdekat itu.
Dan
tak beberapa lama kemudian kami telah bernaung di halte bus ini.
“Huuh!
Dingin!” ucapku sambil menggosokkan kedua telapak tanganku kemudian ku duduk di
kursi halte bus ini.
Kulihat
dia meremas-remas jaketnya lalu ia hentak-hentakkan. Yap kutahu ia sedang
mengeringkan jaketnya yang sangat basah. Dia berjalan ke arahku, aku menatapnya.
“Nih
pakai jaket ini dulu” dia memakaikan jaket yang sudah ia keringkan –sedikit- ke
pundakku.
Tak
ada kata yang kami keluarkan setelah setengah jam ia memakaikan jaket ini. Aku
bosan sih tak ada yang di lakukan. Huh! Aku mengayun-nganyunkan kakiku dari
pada bosan sendiri.
“Apa
yang kau lakukan tadi di taman itu?” katanya memecah keheningan tanpa menoleh
ke arahku
“Aku?”
ucapku menunjuk ke arahku dan melihatnya
“Ne,
cerewet!” balasnya lalu memalingkan pandangan ke arahku
“Yak!
Mungkin saja kau sedang tidak bicara padaku kan namja bodoh!” balasku kesal
“Apa
yang kau lakukan di taman tadi RiAh-ya?” tanyanya
‘apa
yang harus ku jawab? Masa aku jawab yang jujur sih. Kalau aku di usir adikku?
Aah memalukan!’ batinku bicara
“Aku,
aku, aku sedang tidur tadi, apa kau tak melihatnya? Dasar namja bodoh” ucapku
bohong
“yak!
Cerewet!” ucapnya lalu mengalihkan pandangan ke depan “Ya tidak mungkinkan kau
tidur disana tanpa alasan?” lanjutnya
Aku
membatin lagi ‘aduuh! Aku harus mengalihkan topic nih! Ga mungkinkan ku bicara
jujur’
“Yaaaakk!!
Namja bodoh! Gara-gara kau!” aku menunjukkan telunjukku ke depan mukanya
“Apa?”
“Gara-gara
kau... Aku baru sebentar berpegangan dengan pangeran! Hu-uh! Menyebalkan!”
“Apa?
Pangeran? Hahahahahhahha...” ucapnya sambil terbahak-bahak.
‘Kenapa
dia? Gila?’ batinku melihat namja bodoh ini tiba-tiba tertawa
“Ada
yang lucu? Kenapa kau tertawa?” tanyaku bingung padanya
“Tak
apa, hahahahhahhhhah...” ucapnya masih dengan tawanya
“Tak
apa? Tapi kau malah tertawa!” ucapku sedikit kesal
“Kau?
Kau? Menertawai mimpiku yaaa?!” tanyaku kesal
“Hahahhahahaha...
Baru mengerti?! Hehehee...” ucapnya sambil terkekeh bahagia
“Namja
bodoh kau!!” ucapku lalu menghantamnya dengan karateku
‘dia
menangkisku? Kenapa bisa?’batinku kan biasanya tak ada yang bisa menangkis
karateku, aku sudah sabuk hitam. Namja-namja di sekolah saja tak berani
denganku karena aku bisa-bisa menghantam mereka. Apa dia juga bisa karate?
“Kau?
Bisa karate?” tanyaku dengan wajah bingung
“Ani”
jawabnya singkat
“Trus?
Kenapa kau bisa menangkis karateku?”
“Aku
tidak bisa karate. Tapi aku bisa Wushu” jawabnya sambil mempraktikkan sedikit
gerakan wushu pada tangannya
“Wushu?
Dari china ya?”
“Yap!”
“Aah,
kau orang china?”
“Ne~”
“Tapi
kau bisa bicara bahasa korea dengan baik? Bagaimana bisa?” Tanyaku semakin
bingung padanya
“Ya,
aku tuh blasteran” jawabnya
“Ah,
kau blasteran. China Afrika ya? Pantes aja hitam ada campuran Afrikanya sih,
hahahahahha” ucapku mengejeknya dengan terkekeh
“Yak!
Tidak lah! Aku Blasteran China dan Korea!” elaknya
“China
Korea? Kok hitam sih? Setahuku orang China ataupun Korea biasanya putih-putih,
kayak aku nih putih” ku perlihatkan warna kulit tanganku
“Emang
ga boleh ya kalau kulitku hitam?! Ga ada aturannya kali!” balasnya sewot
“Ya
gak ada sih, ga usah sewot juga kali”
Setelah
perdebatan kami tak ada lagi yang memulai pembicaraan, masih saja kami berdua
diam.
Deg
deg deg
‘Loh
kok jantungku jadi deg-degan gini? Kenapa nih? Apa gara-gara aku dan dia hanya
diam saja tak ada yang bicara satupun? Biasanyakan kalau dekat dia ga gini
jantungku? Tapi bawaannya marah mulu’ lagi-lagi aku membatin
Uhuk
uhuk uhuk~
“kau
tak apa? Kau baik-baik saja?” tanyaku setelah mendengarnya batuk
“Tak
apa kok” dia tersenyum dengan paksa sepertinya
“Ohya
Tao, eh maksudku namja bodoh kenapa kau ada di sana tadi?” tanyaku
“Mobilku
tadi mogok disana tuuh” balasnya sambil menunjuk mobilnya
“ooh..
andai saja kita ke mobilmu tidak disini, nanti bisa sakit” kataku pelan
“Hah?
Apa?” tanyanya seperti minta ulang kata-kataku tadi. Apa dia mendengar uacapanku
tadi?
“Ah
tidak ada apa-apa kok hehe”
“kau
mau ke mobilku? Baiklah kita ke sana” katanya menarik tanganku untuk berdiri.
“Ah
tidak-tidak” elakku
“Nanti
kau sakit” balasnya
‘benarkah
dia Tao si namja bodoh? Peduli juga ya denganku! Haha’
“Ah
ne~” yak! Kenapa aku jadi lemah sih mendengar dia peduli sedikit saja padaku?
Kenapa sih?
Aku
dan dia bersiap siap untuk berlari menuju mobilnya
“1...2...”
ucapnya, aku menganbil ancang-ancang
“Tiiig_”
“RiAh!”
terdengar suara namja memanggilku, siapa? Aku menuju sumber suara
“Oppa?!”
tanyaku tidak yakin karena melihat seseorang itu dengan kabus
“Ne
ini aku” balas seseorang yang kupanggil oppa tadi, dia sedikit berlari ke
arahku
“Ayo
kita pulang” ucapnya setelah berada di depanku
“Tapi
oppa.. bagai mana dia” ucapku membalas perkataan oppa seraya menunjuk namja
bodoh di sebelahku ini, Tao.
“Ah~
kau pasti temannya ya? Terima kasih ya sudah menjaganya.” Ucap oppa sambil
memegang pundak namja bodoh ini
“Ah
ne” balas namja bodoh ini
“Sekali
lagi terima kasih sudah menjaga yeoja bodoh yang sangat ku sayangi ini”
“Apa
sih? Yeoja bodoh? Kalau aku yeoja bodoh berarti aku temannya si namja bodoh ini
donk?!” ucapku seraya menunjuk Tao si tahu isi, “Orang yang sangat ku sayangi?!
Alah! Oppa lebay deeh!” kataku yang kutujukan pada oppa
“Itu
tidak lebay kok, itu memang benarkan? Kau yeoja bodoh yang kusayangi?! Hehe”
balas oppa lalu membelai-belai rambutku
“Oh
iya sekali lagi terima kasih ya” ucap oppa pada si Tao Isi “Yuk pulang RiAh”
oppa menarik tanganku
“Hati-hati
ya” ucap oppa pada namja bodoh yang tinggal sendirian di halte bus itu
“Ah
ne~” jawab namja bodoh itu, sepertinya ia sedang melamun tadi. Entahlah? Emang
aku pikirin.
~oOo~
Sesampainya
dirumah aku langsung masuk ke kamarku tanpa memperdulikan Sooyoo yang ada di
ruang tamu, entah apa yang ia lakukan. Aku langsung ke kamar bukan karena aku
marah pada Soyoo tapi, aku kan sedang basah kuyup jika berdiam diri nanti akan
masuk angin.
Aku
mandi dan berganti pakaian dengan piyama. Dan aku segera tidur karena ini sudah
jam 1 malam, nanti aku besok terlambat lagi.
Aku
menarik selimut lalu ingin memulai mimpiku. Tiba-tiba terdengar suara decitan
seseorang membuka pintu.
“Eonni?
... eonni sudah tidur?”
Deg..
bukankan ini adalah suara Sooyoo? Apa yang ia lakukan ke kamarku?
“Ah
ne. aku belum tidur” ucapku singkat
“Aaah
.. emmhh .. eonni, nan mianhaeyo (aku minta maaf)” ucapnya
Deg,
apa lagi sih yang kurasakan? Apa aku masih kesal dengannya hingga punya rasa
seperti ini?
“Mianhae??
(minta maaf) untuk apa?” balasku masih dalam keadaan membelakanginya dan
berpura-pura tak tahu.
“Emmmhh...
soal, soalnya .. Sooyoo tadi sudah mengusir eonni di Rumah Sakit” katanya,
terdengar gugup saat ia bicara.
“Ah,
soal itu? Aku sudah tidak apa-apa. Emmh... lebih baik sekarang kau ke kamarmu
dan tidurlah, besok kau harus masuk sekolah” balasku sambil menjangkau tombol
lampu dan mematikannya.
“Begitu
kah? Emmhh.. baiklah. Selamat malam eonni!” jawabnya seraya menutup pintu
kamarku.
‘ne,
selamat malam Sooyoo’ ucapku dalam hati
Setelah
percakapanku tadi dengan Sooyoo, di sini, di bawah selimut, aku masih belum
bisa tidur. Yah, bukan memikirkan hal ku dengan Sooyoo tadi tapi, entah aku
jadi memikirkan si Tao Isi.
“Bodoh!
Kenapa kau memikirkannya RiAh?!!” kataku kemudian duduk membanting selimut.
“Bodoh!
Bodoh! Bodooo~h!!” celaku pada diriku sendiri.
“Tapiii..”
kataku mulai tenang “kasihan dia sendirian pasti kedinginan”
Aku
merenung sebentar di atas kasur dan sedang memikirkan nasib si Tao Isi.
“Apa
aku balik lagi ke halte itu yaa? Buat pinjamin jaketku? Tapi ini sudah larut.”
Aku masih memikirkan si Namja Bodoh.
“Baiklah!”
ucapku mantap. Kumeraih jaket tebalku dan membawa jaket satu lagi, berjalan
dengan perlahan keluar kamar dan menuruni tangga. Aku masih mengendap-ngendap
di tangga, tiba-tiba..
“Ri
Ah, kau mau kemana??”
Deg,
jantungku. Ku menoleh. Minwoo oppa?!
“Aku
mau, emmh mau,..” ucapku takut, akan di marahi oleh Minwoo oppa
“Mau
keluar?” ucap Minwoo oppa seperti bisa membaca pikiranku
“iya,
aku ingin ke_”
“Tidak
boleh” potongnya
“tapi_”
“tidak
ada tapi-tapian. Ini sudah larut. Kembalilah ke kamarmu. Oppa tak mau kau
sakit, Ri Ah” ucapnya lembut mendekatiku yang masih berada di atas tangga
“Ayolah”
sambung Minwoo oppa menepuk pundakku pelan. Aku hanya mengangguk.
Ya,
oppa selalu seperti itu. Ia tidak mau adik-adiknya sakit. Dia sangat sanyang
padaku dan Sooyoo. Makanya kadang-kadang rasa sayangnya terlalu berlebihan.
Tapi itu yang membuat ia menjadi sangat keren di mataku, haha.
Aku
kembali ke kasurku dan berpikir untuk tidur saja.
“Nanti
kalau dia sakit besok akan ketahuan juga. Ngapain mikirin dia” ucapku dengan
wajah kecut kemudian pergi tidur.
~oOo~
“Ri
Ah!!~” terdengar teriakan seorang yeoja, ya itu Yuri yang sedang
melambai-lambai padaku di depan kantin, aku berlari ke arahnya dari kelas.
“Wae??(Kenapa)”
“Gwenchana(tak
apa-apa), kita makan yuk! Laper nih” ajak Yuri
“Ga
ah, aku lagi irit uang nih buat ibu” balasku
“Aku
yang traktir deh!” ucapnya dengan senyum yang mengembang di wajahnya
“Emmhh..
baiklah” balasku dengan senyum.
Ya,
sahabatku Yuri dan Baekhyun pasti mengerti keadaanku. Seperti itulah mereka
jika aku tak memiliki uang lebih untuk jajan. Uangku ku kumpulkan untuk membeli
obat ibu yang sedang ada di Rumah Sakit dan Minwoo oppa bekerja untukku dan
Sooyoo dan yang pasti untuk Ibu kami. Aku sebenarnya ingin sekali membantu
Minwoo oppa untuk bekerja. Tapi aku tak memiliki keahlian apapun.
“Yuri..”
kataku
“Emmh?”
dia tak menatapku tapi hanya focus pada makanannya
“Kau
tahu ada lowongan pekerjaan tidak?” tanyaku gugup padanya, Yuri kemudian
tersedak.
“Uhuk...
uhuk... uhuk...!” Chaerin meminum minuman coklatnya
“APA??!
Kau mau bekerja?” katanya penuh tanya.
“Ne”
“Kau
yakin?” ucapnya lagi mendekatkan wajahnya memerhatikanku
“Yap!
Jadi kau tahu ada lowongan pekerjaan?” balasku riang bertanya pada Yuri
“Mollayo?
(Tak tahu)” jawab Yuri sambil mengangkat bahunya, melanjutkan makannya yang
sempat tertunda.
Wosh!
Seseorang
yang kukenal lewat di sampingku dengan jaket dan syal. Yak, dia kan Tao Isi?
Dia sakit?
Aku
memalingkan wajahku ke arah Tao Isi, memastikannya. Ternyata memang benar! Dia
terlihat sedang sakit. Aduh! Apa gara-gara aku kemarin yaa?? Kini ku gelisah
memikirkan apa yang harus ku lakukan.
“Kenapa
Ri Ah?” Yuri membuyarkan lamunanku.
“Ah!
Aniyo!” kataku kaget sambil mengibaskan tanganku ke depan wajah
Aku
melirik Tao Isi kembali. “Dia minum coklat panas?”
“Kau
mau coklat panas? Bilang donk dari tadi” jawab Yuri
“Ah??
Ne? Aniyo!” ucapku seraya tersenyum canggung
“Kau
melamun?” Tanya Yuri penasaran
“Aniyo!!”
bantahku
“Wae??!”
kata Baekhyun yang tiba-tiba saja sudah ada disampingku kini, entah datang
darimana.
“Gwenchana, hehe”
ucapku sambil terkekeh ga jelas.
“Molla (tidak
tahu), GaJe nih Ri Ah” cerocos Yuri kembali makan
“heheeheh~...”
tawaku masih menghiasi wajah malu ku, kembali melirik Tao Isi yang masih minum
di tempatnya.
“Oh! Aku mau ke
kelas duluan ya~ Bye~!” aku beranjak dari tempat duduk ku.
“Aku baru sampai,
kenapa kau pergi?” kesal Baekhyun
“Bye~!!” aku
melambai meninggalkan mereka
~oOo~
Di kelas.
Aku hanya duduk di
bangku ku. Entahlah. Aku memikirkan... menikirkan...
“Argh! Kenapa aku
mikirin dia sih!!” teriakku kesal. Dan seisi kelas memerhatikanku. Aku hanya
bisa tersenyum gaje kepada mereka sambil menahan malu.
Dia masuk ke
kelas!
Masih dengan jaket
dan syal yang bertengger di lehernya. Dengan beraninya aku menyapa Tao Isi.
“Hai! Namja
bodoh~!” ucapku tak sadar menyapanya dan melangkah mendekatinya.
“...” dia diam
dengan menatapku dingin
Deg, jantungku
berdegup takut dengan tatapannya itu. Apa aku salah menyapanya?
“Namja bodoh? Apa
kau sakit?” tanyaku dengan hati-hati.
“...” dia tetap
diam meneruskan langkahnya menuju bangku
“Kau baik-baik
saja? Apa gara-gara kemarin malam?” tanyaku mendekatinya dengan duduk di
kursiku sambil mengangkatnya.
“...” dia masih
saja diam
“gwenchana?”
tanyaku masih dengan hati-hati
TEET, bunyi bel
masuk.
“halo~! Tao Isi!!”
aku mengetuk kepalanya yang tak menghiraukanku.
“Au!! Kenapa sih!”
balasnya marah
“Kau kenapa??
Sakit yaa? Gara-gara aku kemarin?”
“Aniyo” dia
kembali tak menatapku
“Trus kenapa? Kau
sakit!? Jawab doonk!” aku mengguncang-guncang tubuhnya
“Tidak bisa lihat
apa?!” ucap si Tao Isi judes
“Ada apa sih?”
terdengar suara Baekhyun yang tiba-tiba ada di sampingku lagi.
Tao
hanya melirik ke arahku seperti mengisyaratkan Baekhyun untuk menanyakan itu
padaku. Aku hanya bisa mengerjap=ngerjabkan mataku kaget sambil menelan ludah.
“Aaah~,
gwenchana(tak apa-apa)” aku kembali ketempat dudukku Baekhyun mengikutiku dan
duduk di bangkunya.
Saat
pelajaran berlangsung aku masih saja mencuri pandang paad Tao, itu bukan karena
aku suka ya.. tapi karena aku merasa bersalah padanya melihat dia seperti itu.
~oOo~