Kamis, 15 September 2016

FF ~ I love but I hate the rain 1 (Part 3)

I LOVE but I HATE the RAIN 1 (part 3)

poster by Afina23
Author : ICHAmpion alias Icha Sie Rizqa
Genre : Sad, Romance (?)
Cast : Seo Joo Hyun (GG) sbg Noh Ri Ah, Byun Baekhyun (EXO), Hwang Zi Tao (EXO), Kwon Yuri (GG).
Akan ada penambahan Cast seiring waktu ...
Maaf klo ada kata-kata yang salah...
sekali lagi RCL yaa ^^
(: HAPPY READING :)

“Ok, semuanya .. sekarang pakai headphone kalian masing-masing” perintah Mrs Jung pada kami semua, ya aku mengikutinya.
“Ri Ah, apa kita akan mendengarkan musik?” Tanya seseorang yang berada di samping kiriku, Tao, ya itu Tao si namja bodoh alias Tao Isi.
“Entahlah. Dengarkan saja apa yang akan di suruh Mrs Jung” ucapku tidak menatapnya, hanya melihat ke arah Mrs Jung.
“Ah ne .. ne!”
“Ok Everyone, you can hear my voice?” ucap Mrs Jung terdengar di headphone
“ne..” jawab semua siswa
“Right! Now, I’ll give you a song .. and .. listen well” setelah mengatakan itu Mrs Jung kemudian memutarkan sebuah lagu
“You must translate this song..” lanjutnya, aku paling malas kalau di suruh mentranslate seperti ini “.. but you can do this job with your friend .. 4 people one group” Mrs Kwon menghentikan bicaranya lalu ia kembali memutarkan lagu itu yang sempat ia hentikan karena sedang memberitahukan tugas kami.
“Kalau begitu kita sekelompok saja! Kan pas berempat”seru Yuri menunjukkan telunjuknya padaku, Baekhyun dan .. Tao Isi. Kenapa sih Yuri pengen banget satu kelompok sama si namja bodoh ini.
“Baiklah, ayo kita kerjakan” ucap yuri tanpa ada persetujuan dari kami
~oOo~
“Baekhyun, Ri Ah aku pulang duluan yaa, bye!” ucap Yuri padaku dan Baekhyun
Ya, pelajaran baru saja selesai. Dan ini waktunya pulang setelah penambahan jam pelajaran.
“Ri Ah, mian hari ini aku tidak bisa mengantarmu, aku ada urusan lain. Mianhae” ucap baekhyun seraya membelai rambutku.
“Ania. Tak apa baekhyun, aku juga tak ingin merepotkanmu” aku tersenyum menatapnya
“Baiklah kalau begitu, bye!” ucap baekhyun melambaikan tangan
“Bye!” balasku
Aku kembali membereskan barang-barangku
“Ri Ah, ayo pulang!” ucap seorang namja yang suaranya sangat familiar di telingaku
“Ah! Tak usah, aku bisa pulang sendiri” balasku padanya
“Ayolah” ucapnya lagi
“Tak usah, Ri Ah bisa pulang sendiri. Naik bus juga bisa” elakku
“Ri Ah, apa kau lupa? Jika hari sudah sore seperti ini, kau akan susah mendapatkan bus. Walaupun kau mendapatkannya belum tentu bus itu bisa menampung orang, jika kini semua orang tengah sibuk untuk pulang setelah pekerjaan mereka telah selesai” jelasnya lembut
Setelah ku pikir-pikir lagi, ini memang waktu yang sulit untuk pulang karena semua orang tengah sibuk untuk pulang setelah pekerjaan mereka selesai. Aku mengangguk menandakan aku menyetujui ajakannya.
“Baiklah, ayo kita pulang” ucap namja ini dan mengecup puncak kepalaku sambil membelai rambutku
“Ne, oppa” aku tersenyum dan langsung menggandeng tasku. Dia menggandeng tanganku yang satunya dan kami mulai melangkah keluar kelas.
“ayo pakai helm ini” ucanya
“ah, oppa membawanya dari tadi pagi?” bicaraku sambil memasang helm ini.
“Haha, ne.. karena aku tahu kau tadi pasti terlambatkan?” tebaknya seraya tersenyum padaku
“emmmh ... oppa baik sekali” ucapku sambil mencubit-cubit pipinya
“Ah, cepat naik. Berpegangan yaa” ucapnya sambil memberikan wink
“Ne.. ne..” aku tersenyum, aku menaiki motor dan memeluknya.
Aku mendapati Tao di mobilnya sambil menatapku dengan tatapan dingin. Aih, kenapa dia? Uh, mengerikan. Aku bergidik ngeri melihatnya.
“Waeyo?” ucap namja di depanku ini, mungkin ia merasakan motornya bergoyang gara-gara tubuhku bergidik tadi.
“Ah, tak ada apa-apa, ayo oppa pulang” ucapku mempererat peganganku, dia kemudian melajukan kendaraannya.
~oOo~
“Oppa mau masuk dulu?” tawarku pada namja tadi
“Ah, tidak. Aku sudah terlambat untuk bekerja”
“Ah.. mianhae gara-gara oppa mengantarku, oppa jadi terlambat untuk bekerja sambilan” ucapku menunduk
“Tak apa, jaga dirimu baik-baik” dia tersenyum lembut “Adikmu, SooYoo. Dia di rumah sakit” lanjutnya
“Ne ... aku akan ke Rumah Sakit setelah berganti baju dan membersihkan rumah” dia hanya tersenyum dan pergi menuju tempatnya bekerja.
Huuuh! Aku menghela nafas dan memasuki rumahku.
~oOo~
“Annyeong!” aku memasuki salah satu ruang Rumah Sakit
“Annyeong, eonni~!” ucap seorang yeoja memelukku
Dia terisak, ya aku tahu dia pasti habis menangis.
“Yak, kenapa kau menangis? Kau tidak sekolah tadi?” tanyaku setelah melihat pakaiannya yang tidak berganti sehelai pun dari tubuhnya. Dia diam.
“Apa kau terus menangis dari tadi malam sampai sekarang?” Tanyaku pada yeoja ini yang masih dalam pelukanku
Dia tidak menjawab malah semakin menangis.
“SooYoo, berhentilah menangis” aku membelai rambutnya. “Lihat matamu sudah berkantung” aku melepaskan pelukan dan menatap wajahnya.
Dia masih saja menangis dan tidak menghiraukanku.
“SooYoo. Berhentilah”
Dia tetap menangis.
“SooYoo. Berhentilah menangis! Jika kau hanya menangis tak akan membawa perubahan SooYoo!” aku mengguncang-guncangkan bahunya, sedikit kesal karena dia tidak mau menjawab pertanyaanku.
“Eomma, eonni ! eomma!” ucapnya bergetar sambil terisak.
“Ne! Aku tahu eomma belum juga sadar! Aku tahu! Tapi jika kau hanya menangis itu tidak akan membuahkan hasil! Sebaiknya kau pergi pulang dan bersihkan dirimu!” aku kesal lalu sedikit berteriak mengatakannya
“Eonni! Apa kau tidak sayang dengan eomma?! Kau tidak menangis! Begitu juga saat appa meninggal! Kau juga tidak menangis! Kau jahat eonni! Kau jahat!” teriaknya
“Haruskah aku menangis jika aku menyanyangi mereka! Hah! Kau terlalu kekanak-kanakan! Berhentilah menangis!” ucapku berteriak
“Tidak! Aku tidak akan berhenti menangis!” ucapnya dan kembali menangis
“Aish! Jinjja! Kau itu sudah kelas 1 SMA!! Ku bilang berhentilah menangis!” aku berteriak lagi
“Aku tidak mau berhenti menangis! Sebaiknya eonni saja yang pergi pulang!” dia bicara tak menatapku
Hatiku sakit, dia mengusirku. Ya, adikku SooYoo mengusirku dari ruang Rumah Sakit ini. Dan sudah kuputuskan bahwa aku akan pergi dari ruangan ini, sebenarnya aku tidak tega mengatakan kata-kata tadi yang membuat adikku semakin menangis dan aku juga tidak tega melihat ibu yang sedang koma karena terlalu lelah bekerja untuk kami setelah kepergian ayah kami kira-kira sebulan yang lalu.
“Geurae, aku akan pergi..” ucapku lalu meninggalkan ruangan ini “Oh ya.. jika oppa mencariku. Emmhh .. bilang saja jika aku bersama Yuri ..” pesanku dari balik pintu Ruang Rumah Sakit pada SooYoo.
Aku melangkah gontai melewati setiap ruangan dan berakhir di depan pintu utama Rumah Sakit. Aku tidak tahu mau kemana sekarang. Aku ingin menelpon Yuri atau Baekhyun tapi aku tidak memiliki handphone. Handphoneku telah lama dijual untuk membiayai kebutuhan kami sehari-hari. Ya, setelah ayah meninggal perusahaan kami bangkrut, ayah tidak pernah berhutang pada siapapun. Jadi untung saja kami tidak memiliki hutang, namun tidak memiliki hutang pun hidup kami sudah menderita seperti ini apalagi jika memiliki hutang, pasti kami sudah jadi gembel.
Aku terus berjalan melewati beberapa toko dan berakhir di sebuah taman. Kulihat tak ada seorang pun disini karena ini sudah jam 11 malam. Huh! Berapa jam aku tadi berjalan seperti ini? Entahlah.
Aku kembali menarik nafasku panjang.
“Tak ada kah orang disini? ..” ucapku entah dengan siapa
“Tak ada kah orang sepertiku? Seegois diriku? Semenderita diriku? Sesakit hatiku?” teriakku, aku menangis dalam hembusan angin.
“Aaarrggggghhh!!” teriakku di sela-sela ku menghapus air mata dan ku baringkan tubuh ini di atas bangku taman dengan kaki kutekuk.
Air mataku terus keluar entah megapa? Dengan perasaan hatiku yang sakit, kuhapus air mata ini kasar dan mulai menutup mataku. Sedikit demi sedikit hatiku mulai tenang dan merasakan hembusan angin yang menerbangkan rambutku. Kini ku telah berada di alam mimpi dengan tubuhku yang berselimutkan hembusan angin yang dingin.
~oOo~
Entah aku sedang berada di mana sekarang, tempat yang tak kukenal. Ku membalikkan badan, dan mendapati sebuah tempat. Dan tak ada orang di sini. Aku mengira-ngira tempat ini, dan ini adalah taman.
Aku berada di taman sekarang, ya sebuah taman. Tapi sepertinya jika kalian melihat keadaan ini, mungkin tempat ini tidak bisa dideskripsikan sebagai sebuah taman. Dengan pohon dan tanaman-tanaman yang kering serta bunga-bunga yang layu menbuat tempat ini terlihat seperti sebuah tempat yang tak seorang pun peduli dengannya. Tak seorang pun. Ya sama seperti keadaanku sekarang, tak ada seorang pun yang peduli padaku. Walaupun di sekolah aku masih memiliki Baekhyun dan Chaerin, tapi kurasa mereka tak cukup untuk melengkapi kebahagiaanku. Mereka hanya teman, sahabat ya mereka hanya sahabat. Cuaca sekarang mendung, melengkapi penderitaanku kini. Seolah menggambarkan sangat jelas mereka tahu bagaimana perasaanku.
Hujan lebat melanda taman yang sedang kupijak ini. Ku pikir hujan ini akan membuat sebuah penderitaan lagi padaku dan taman ini. Aku tetap berpijak di taman ini tak ingin pergi menjauh dari sini.
“Hai nona!” terdengar seseorang yang berbicara, ku berbalik badan dan mendapati seorang namja dengan tubuh yang tinggi memakai pakaian putih, kulitnya terlihat coklat namun bersinar. Aku tak dapat melihat wajahnya dengan pasti, wajahnya begitu buram. Mungkin karena efek cahaya itu.
“apa yang kau lakukan disini, nona?” ucapnya sembari menadahkan payung ke atas kepalaku.
“aku.. aku..” ucapku gugup dan aku tidak tahu apa yang harus ku jawab “entahlah” lanjutku dengan menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
“hehe.. kau lucu sekali” ucap namja itu terkekeh
“Yak! Aku memang tidak tahu apa yang kulakukan disini” protesku melihatnya terkekeh. Apakah itu lucu? Akukan berkata jujur.
“Kenapa tidak tahu? Dan mengapa kau berada di tempat yang tak kau tahu?” aku menggeleng
“Disini hujan, ayo ikut aku” tawarnya dan menarik tanganku untuk mengikutinya, aku tidak bergerak sedikit pun
“ya, di sini memang hujan, di taman ini. Di sini juga” ucapku dengan lirih pada kalimat terakhir sambil meletakkan tanganku di dada
“Kenapa?”
“Ya, aku benci hujan!”
“Kenapa kau membencinya?” tanyanya yang membuatku memutar memori lagi pada saat itu. Membuatku perlahan-lahan menangis.
“Ayahku, hiks hiks hiks.. ayahku meninggal gara-gara kecelakaan di hujan lebat. Hiks hiks dia menabrak pohon dan meninggal hiks hiks..” ucapku sambil menangis
“Hujan memang benar-benar rahmat dari Tuhan. Ya, Tuhan tidak ingin melihat pohon, tanaman dan bunga ini layu, karena itu Tuhan mengirimkan hujan pada mereka agar tetap bisa hidup dan tumbuh.” Kata namja ini
“maksudmu apa?
~oOo~
Terasa di wajahku ada sesuatu yang jatuh, aku ingin membuka mataku tapi sesuatu yang jatuh itu tidak terasa lagi. Namun aku tetap membuka mataku mendapati sebuah jaket yang terbuka sepertinya seseorang telah melindungiku dari hujan yang turun. Aku mengusapkan tanganku membersihkan wajahku dari air hujan yang jatuh ke pipi dan sekitar mataku.
Mulai mengerjap-ngerjapkannya beberapa kali sampai ku rasa itu sudah cukup. Aku kemudian duduk dari tempatku tidur tadi dan rasa ingin tahuku pada seseorang yang tengah memayungiku dengan jaketnya yang seolah menjadi payung.
Aku menghadapnya dan melihat siapa untuk mengucapkan rasa terimakasihku padanya karena sudah memayungiku tadi.
“Go..(gomawo-terima kasih) Kau!!” teriakku yang shock
“Kenapa?” ucapnya sinis
“Aniya!(tidak)” aku memalingkan wajahku tak ingin menghadapnya
“Yak! Cepat lanjutkan kata ‘gomawo’ mu tadi” dia menekankan kata gomawo padaku
“Ani!(tidak)”
“Kau tak tahu terimakasih!”
“maksudmu apa!”
“Tak apa. Sekarang aku sedang tidak ingin berdebat denganmu” ucapnya lalu memegang satu tanganku.
“Mau apa kau!” aku melepaskan genggamannya
“Kau ingin terus duduk di sini? Di hujan lebat ini?”
“Ani..” ucapku sudah tenang, kukira dia ingin mengapa-apakan aku. Haha ..
 “Kita lari ke halte bus yang di sana” ucapnya sambil menunjuk. Aku mengangguk.
Jaket yang ia payungkan kepadaku saat tidur masih ia payungkan di atas kepalaku.
“Ok, ku hitung sampai tiga, kita langsung lari. Siap!” dia menatapku kemudian mulai menghitung
“1..2..3!” aku dan dia berlari sekencang-kencangnya ke halte bus terdekat itu.
Dan tak beberapa lama kemudian kami telah bernaung di halte bus ini.
“Huuh! Dingin!” ucapku sambil menggosokkan kedua telapak tanganku kemudian ku duduk di kursi halte bus ini.
Kulihat dia meremas-remas jaketnya lalu ia hentak-hentakkan. Yap kutahu ia sedang mengeringkan jaketnya yang sangat basah. Dia berjalan ke arahku, aku menatapnya.
“Nih pakai jaket ini dulu” dia memakaikan jaket yang sudah ia keringkan –sedikit- ke pundakku.
Tak ada kata yang kami keluarkan setelah setengah jam ia memakaikan jaket ini. Aku bosan sih tak ada yang di lakukan. Huh! Aku mengayun-nganyunkan kakiku dari pada bosan sendiri.
“Apa yang kau lakukan tadi di taman itu?” katanya memecah keheningan tanpa menoleh ke arahku
“Aku?” ucapku menunjuk ke arahku dan melihatnya
“Ne, cerewet!” balasnya lalu memalingkan pandangan ke arahku
“Yak! Mungkin saja kau sedang tidak bicara padaku kan namja bodoh!” balasku kesal
“Apa yang kau lakukan di taman tadi RiAh-ya?” tanyanya
‘apa yang harus ku jawab? Masa aku jawab yang jujur sih. Kalau aku di usir adikku? Aah memalukan!’ batinku bicara
“Aku, aku, aku sedang tidur tadi, apa kau tak melihatnya? Dasar namja bodoh” ucapku bohong
“yak! Cerewet!” ucapnya lalu mengalihkan pandangan ke depan “Ya tidak mungkinkan kau tidur disana tanpa alasan?” lanjutnya
Aku membatin lagi ‘aduuh! Aku harus mengalihkan topic nih! Ga mungkinkan ku bicara jujur’
“Yaaaakk!! Namja bodoh! Gara-gara kau!” aku menunjukkan telunjukku ke depan mukanya
“Apa?”
“Gara-gara kau... Aku baru sebentar berpegangan dengan pangeran! Hu-uh! Menyebalkan!”
“Apa? Pangeran? Hahahahahhahha...” ucapnya sambil terbahak-bahak.
‘Kenapa dia? Gila?’ batinku melihat namja bodoh ini tiba-tiba tertawa
“Ada yang lucu? Kenapa kau tertawa?” tanyaku bingung padanya
“Tak apa, hahahahhahhhhah...” ucapnya masih dengan tawanya
“Tak apa? Tapi kau malah tertawa!” ucapku sedikit kesal
“Kau? Kau? Menertawai mimpiku yaaa?!” tanyaku kesal
“Hahahhahahaha... Baru mengerti?! Hehehee...” ucapnya sambil terkekeh bahagia
“Namja bodoh kau!!” ucapku lalu menghantamnya dengan karateku
‘dia menangkisku? Kenapa bisa?’batinku kan biasanya tak ada yang bisa menangkis karateku, aku sudah sabuk hitam. Namja-namja di sekolah saja tak berani denganku karena aku bisa-bisa menghantam mereka. Apa dia juga bisa karate?
“Kau? Bisa karate?” tanyaku dengan wajah bingung
“Ani” jawabnya singkat
“Trus? Kenapa kau bisa menangkis karateku?”
“Aku tidak bisa karate. Tapi aku bisa Wushu” jawabnya sambil mempraktikkan sedikit gerakan wushu pada tangannya
“Wushu? Dari china ya?”
“Yap!”
“Aah, kau orang china?”
“Ne~”
“Tapi kau bisa bicara bahasa korea dengan baik? Bagaimana bisa?” Tanyaku semakin bingung padanya
“Ya, aku tuh blasteran” jawabnya
“Ah, kau blasteran. China Afrika ya? Pantes aja hitam ada campuran Afrikanya sih, hahahahahha” ucapku mengejeknya dengan terkekeh
“Yak! Tidak lah! Aku Blasteran China dan Korea!” elaknya
“China Korea? Kok hitam sih? Setahuku orang China ataupun Korea biasanya putih-putih, kayak aku nih putih” ku perlihatkan warna kulit tanganku
“Emang ga boleh ya kalau kulitku hitam?! Ga ada aturannya kali!” balasnya sewot
“Ya gak ada sih, ga usah sewot juga kali”
Setelah perdebatan kami tak ada lagi yang memulai pembicaraan, masih saja kami berdua diam.
Deg deg deg
‘Loh kok jantungku jadi deg-degan gini? Kenapa nih? Apa gara-gara aku dan dia hanya diam saja tak ada yang bicara satupun? Biasanyakan kalau dekat dia ga gini jantungku? Tapi bawaannya marah mulu’ lagi-lagi aku membatin

Uhuk uhuk uhuk~
“kau tak apa? Kau baik-baik saja?” tanyaku setelah mendengarnya batuk
“Tak apa kok” dia tersenyum dengan paksa sepertinya
“Ohya Tao, eh maksudku namja bodoh kenapa kau ada di sana tadi?” tanyaku
“Mobilku tadi mogok disana tuuh” balasnya sambil menunjuk mobilnya
“ooh.. andai saja kita ke mobilmu tidak disini, nanti bisa sakit” kataku pelan
“Hah? Apa?” tanyanya seperti minta ulang kata-kataku tadi. Apa dia mendengar uacapanku tadi?
“Ah tidak ada apa-apa kok hehe”
“kau mau ke mobilku? Baiklah kita ke sana” katanya menarik tanganku untuk berdiri.
“Ah tidak-tidak” elakku
“Nanti kau sakit” balasnya
‘benarkah dia Tao si namja bodoh? Peduli juga ya denganku! Haha’
“Ah ne~” yak! Kenapa aku jadi lemah sih mendengar dia peduli sedikit saja padaku? Kenapa sih?
Aku dan dia bersiap siap untuk berlari menuju mobilnya
“1...2...” ucapnya, aku menganbil ancang-ancang
“Tiiig_”
“RiAh!” terdengar suara namja memanggilku, siapa? Aku menuju sumber suara
“Oppa?!” tanyaku tidak yakin karena melihat seseorang itu dengan kabus
“Ne ini aku” balas seseorang yang kupanggil oppa tadi, dia sedikit berlari ke arahku
“Ayo kita pulang” ucapnya setelah berada di depanku
“Tapi oppa.. bagai mana dia” ucapku membalas perkataan oppa seraya menunjuk namja bodoh di sebelahku ini, Tao.
“Ah~ kau pasti temannya ya? Terima kasih ya sudah menjaganya.” Ucap oppa sambil memegang pundak namja bodoh ini
“Ah ne” balas namja bodoh ini
“Sekali lagi terima kasih sudah menjaga yeoja bodoh yang sangat ku sayangi ini”
“Apa sih? Yeoja bodoh? Kalau aku yeoja bodoh berarti aku temannya si namja bodoh ini donk?!” ucapku seraya menunjuk Tao si tahu isi, “Orang yang sangat ku sayangi?! Alah! Oppa lebay deeh!” kataku yang kutujukan pada oppa
“Itu tidak lebay kok, itu memang benarkan? Kau yeoja bodoh yang kusayangi?! Hehe” balas oppa lalu membelai-belai rambutku
“Oh iya sekali lagi terima kasih ya” ucap oppa pada si Tao Isi “Yuk pulang RiAh” oppa menarik tanganku
“Hati-hati ya” ucap oppa pada namja bodoh yang tinggal sendirian di halte bus itu
“Ah ne~” jawab namja bodoh itu, sepertinya ia sedang melamun tadi. Entahlah? Emang aku pikirin.
~oOo~
Sesampainya dirumah aku langsung masuk ke kamarku tanpa memperdulikan Sooyoo yang ada di ruang tamu, entah apa yang ia lakukan. Aku langsung ke kamar bukan karena aku marah pada Soyoo tapi, aku kan sedang basah kuyup jika berdiam diri nanti akan masuk angin.
Aku mandi dan berganti pakaian dengan piyama. Dan aku segera tidur karena ini sudah jam 1 malam, nanti aku besok terlambat lagi.
Aku menarik selimut lalu ingin memulai mimpiku. Tiba-tiba terdengar suara decitan seseorang membuka pintu.
“Eonni? ... eonni sudah tidur?”
Deg.. bukankan ini adalah suara Sooyoo? Apa yang ia lakukan ke kamarku?
“Ah ne. aku belum tidur” ucapku singkat
“Aaah .. emmhh .. eonni, nan mianhaeyo (aku minta maaf)” ucapnya
Deg, apa lagi sih yang kurasakan? Apa aku masih kesal dengannya hingga punya rasa seperti ini?
“Mianhae?? (minta maaf) untuk apa?” balasku masih dalam keadaan membelakanginya dan berpura-pura tak tahu.
“Emmmhh... soal, soalnya .. Sooyoo tadi sudah mengusir eonni di Rumah Sakit” katanya, terdengar gugup saat ia bicara.
“Ah, soal itu? Aku sudah tidak apa-apa. Emmh... lebih baik sekarang kau ke kamarmu dan tidurlah, besok kau harus masuk sekolah” balasku sambil menjangkau tombol lampu dan mematikannya.
“Begitu kah? Emmhh.. baiklah. Selamat malam eonni!” jawabnya seraya menutup pintu kamarku.
‘ne, selamat malam Sooyoo’ ucapku dalam hati
Setelah percakapanku tadi dengan Sooyoo, di sini, di bawah selimut, aku masih belum bisa tidur. Yah, bukan memikirkan hal ku dengan Sooyoo tadi tapi, entah aku jadi memikirkan si Tao Isi.
“Bodoh! Kenapa kau memikirkannya RiAh?!!” kataku kemudian duduk membanting selimut.
“Bodoh! Bodoh! Bodooo~h!!” celaku pada diriku sendiri.
“Tapiii..” kataku mulai tenang “kasihan dia sendirian pasti kedinginan”
Aku merenung sebentar di atas kasur dan sedang memikirkan nasib si Tao Isi.
“Apa aku balik lagi ke halte itu yaa? Buat pinjamin jaketku? Tapi ini sudah larut.” Aku masih memikirkan si Namja Bodoh.
“Baiklah!” ucapku mantap. Kumeraih jaket tebalku dan membawa jaket satu lagi, berjalan dengan perlahan keluar kamar dan menuruni tangga. Aku masih mengendap-ngendap di tangga, tiba-tiba..
“Ri Ah, kau mau kemana??”
Deg, jantungku. Ku menoleh. Minwoo oppa?!
“Aku mau, emmh mau,..” ucapku takut, akan di marahi oleh Minwoo oppa
“Mau keluar?” ucap Minwoo oppa seperti bisa membaca pikiranku
“iya, aku ingin ke_”
“Tidak boleh” potongnya
“tapi_”
“tidak ada tapi-tapian. Ini sudah larut. Kembalilah ke kamarmu. Oppa tak mau kau sakit, Ri Ah” ucapnya lembut mendekatiku yang masih berada di atas tangga
“Ayolah” sambung Minwoo oppa menepuk pundakku pelan. Aku hanya mengangguk.
Ya, oppa selalu seperti itu. Ia tidak mau adik-adiknya sakit. Dia sangat sanyang padaku dan Sooyoo. Makanya kadang-kadang rasa sayangnya terlalu berlebihan. Tapi itu yang membuat ia menjadi sangat keren di mataku, haha.
Aku kembali ke kasurku dan berpikir untuk tidur saja.
“Nanti kalau dia sakit besok akan ketahuan juga. Ngapain mikirin dia” ucapku dengan wajah kecut kemudian pergi tidur.
~oOo~
“Ri Ah!!~” terdengar teriakan seorang yeoja, ya itu Yuri yang sedang melambai-lambai padaku di depan kantin, aku berlari ke arahnya dari kelas.
“Wae??(Kenapa)”
“Gwenchana(tak apa-apa), kita makan yuk! Laper nih” ajak Yuri
“Ga ah, aku lagi irit uang nih buat ibu” balasku
“Aku yang traktir deh!” ucapnya dengan senyum yang mengembang di wajahnya
“Emmhh.. baiklah” balasku dengan senyum.
Ya, sahabatku Yuri dan Baekhyun pasti mengerti keadaanku. Seperti itulah mereka jika aku tak memiliki uang lebih untuk jajan. Uangku ku kumpulkan untuk membeli obat ibu yang sedang ada di Rumah Sakit dan Minwoo oppa bekerja untukku dan Sooyoo dan yang pasti untuk Ibu kami. Aku sebenarnya ingin sekali membantu Minwoo oppa untuk bekerja. Tapi aku tak memiliki keahlian apapun.
“Yuri..” kataku
“Emmh?” dia tak menatapku tapi hanya focus pada makanannya
“Kau tahu ada lowongan pekerjaan tidak?” tanyaku gugup padanya, Yuri kemudian tersedak.
“Uhuk... uhuk... uhuk...!” Chaerin meminum minuman coklatnya
“APA??! Kau mau bekerja?” katanya penuh tanya.
“Ne”
“Kau yakin?” ucapnya lagi mendekatkan wajahnya memerhatikanku
“Yap! Jadi kau tahu ada lowongan pekerjaan?” balasku riang bertanya pada Yuri
“Mollayo? (Tak tahu)” jawab Yuri sambil mengangkat bahunya, melanjutkan makannya yang sempat tertunda.
Wosh!
Seseorang yang kukenal lewat di sampingku dengan jaket dan syal. Yak, dia kan Tao Isi? Dia sakit?
Aku memalingkan wajahku ke arah Tao Isi, memastikannya. Ternyata memang benar! Dia terlihat sedang sakit. Aduh! Apa gara-gara aku kemarin yaa?? Kini ku gelisah memikirkan apa yang harus ku lakukan.
“Kenapa Ri Ah?” Yuri membuyarkan lamunanku.
“Ah! Aniyo!” kataku kaget sambil mengibaskan tanganku ke depan wajah
Aku melirik Tao Isi kembali. “Dia minum coklat panas?”
“Kau mau coklat panas? Bilang donk dari tadi” jawab Yuri
“Ah?? Ne? Aniyo!” ucapku seraya tersenyum canggung
“Kau melamun?” Tanya Yuri penasaran
“Aniyo!!” bantahku
“Wae??!” kata Baekhyun yang tiba-tiba saja sudah ada disampingku kini, entah datang darimana.
“Gwenchana, hehe” ucapku sambil terkekeh ga jelas.
“Molla (tidak tahu), GaJe nih Ri Ah” cerocos Yuri kembali makan
“heheeheh~...” tawaku masih menghiasi wajah malu ku, kembali melirik Tao Isi yang masih minum di tempatnya.
“Oh! Aku mau ke kelas duluan ya~ Bye~!” aku beranjak dari tempat duduk ku.
“Aku baru sampai, kenapa kau pergi?” kesal Baekhyun
“Bye~!!” aku melambai meninggalkan mereka
~oOo~
Di kelas.
Aku hanya duduk di bangku ku. Entahlah. Aku memikirkan... menikirkan...
“Argh! Kenapa aku mikirin dia sih!!” teriakku kesal. Dan seisi kelas memerhatikanku. Aku hanya bisa tersenyum gaje kepada mereka sambil menahan malu.
Dia masuk ke kelas!
Masih dengan jaket dan syal yang bertengger di lehernya. Dengan beraninya aku menyapa Tao Isi.
“Hai! Namja bodoh~!” ucapku tak sadar menyapanya dan melangkah mendekatinya.
“...” dia diam dengan menatapku dingin
Deg, jantungku berdegup takut dengan tatapannya itu. Apa aku salah menyapanya?
“Namja bodoh? Apa kau sakit?” tanyaku dengan hati-hati.
“...” dia tetap diam meneruskan langkahnya menuju bangku
“Kau baik-baik saja? Apa gara-gara kemarin malam?” tanyaku mendekatinya dengan duduk di kursiku sambil mengangkatnya.
“...” dia masih saja diam
“gwenchana?” tanyaku masih dengan hati-hati
TEET, bunyi bel masuk.
“halo~! Tao Isi!!” aku mengetuk kepalanya yang tak menghiraukanku.
“Au!! Kenapa sih!” balasnya marah
“Kau kenapa?? Sakit yaa? Gara-gara aku kemarin?”
“Aniyo” dia kembali tak menatapku
“Trus kenapa? Kau sakit!? Jawab doonk!” aku mengguncang-guncang tubuhnya
“Tidak bisa lihat apa?!” ucap si Tao Isi judes
“Ada apa sih?” terdengar suara Baekhyun yang tiba-tiba ada di sampingku lagi.
Tao hanya melirik ke arahku seperti mengisyaratkan Baekhyun untuk menanyakan itu padaku. Aku hanya bisa mengerjap=ngerjabkan mataku kaget sambil menelan ludah.
“Aaah~, gwenchana(tak apa-apa)” aku kembali ketempat dudukku Baekhyun mengikutiku dan duduk di bangkunya.
Saat pelajaran berlangsung aku masih saja mencuri pandang paad Tao, itu bukan karena aku suka ya.. tapi karena aku merasa bersalah padanya melihat dia seperti itu.
~oOo~